Figma vs Framer vs Webflow: Mana yang Terbaik untuk Desain Web Modern?
Dalam dunia desain web modern, tiga alat yang paling sering dibandingkan adalah Figma, Framer, dan Webflow. Masing-masing memiliki keunggulan dan fokus yang berbeda — mulai dari kolaborasi desain hingga pembuatan website tanpa coding. Artikel ini akan membantu kamu memahami perbedaan mendasar ketiganya, agar bisa memilih yang paling sesuai dengan kebutuhanmu.
Daftar isi
Figma: Kolaborasi Desain yang Luar Biasa

Figma dikenal sebagai platform desain berbasis cloud yang memungkinkan kolaborasi real-time antar desainer, developer, dan klien. Keunggulan utama Figma adalah kemudahan kolaborasi, sistem komponen, dan integrasi yang kuat dengan berbagai plugin.
Kelebihan Figma
- Kolaborasi waktu nyata antar tim.
- Mendukung desain sistem dan prototyping interaktif.
- Banyak plugin pendukung (Auto Layout, FigJam, Anima, dll).
- Gratis untuk penggunaan dasar.
Kekurangan Figma
- Tidak bisa langsung menghasilkan website siap online.
- Terbatas dalam animasi kompleks.
- Membutuhkan koneksi internet yang stabil.
Cocok untuk: desainer UI/UX yang fokus pada perencanaan tampilan dan prototipe.
Framer: Desain Langsung ke Kode

Framer awalnya dikenal sebagai alat prototyping berbasis React. Kini, Framer berevolusi menjadi platform desain sekaligus pengembang website no-code, namun dengan kekuatan yang tetap berbasis React di belakang layar.
Kelebihan Framer
- Bisa langsung mem-publish website dengan hosting bawaan.
- Desain interaktif yang lebih realistis.
- SEO-friendly meskipun berbasis no-code.
- Mendukung integrasi custom code (React/JS).
Kekurangan Framer
- Fitur gratis terbatas.
- Tidak sefleksibel Webflow dalam kontrol layout kompleks.
- Kurva belajar lebih tinggi dibanding Figma.
Cocok untuk: desainer sekaligus developer yang ingin membuat website nyata dengan kontrol interaktif tinggi.
Webflow: No-Code dengan Kekuatan Developer

Webflow menjadi jembatan antara desainer dan developer. Dengan interface visual yang merepresentasikan HTML, CSS, dan JavaScript, Webflow memungkinkan siapa pun membuat website profesional tanpa menulis kode manual.
Kelebihan Webflow
- Kontrol penuh atas struktur HTML dan CSS.
- Mendukung CMS dan eCommerce.
- Hosting cepat dan aman.
- Bisa export kode untuk dihosting sendiri.
Kekurangan Webflow
- Kurva belajar cukup tinggi untuk pemula.
- Harga paket hosting lebih mahal.
- Tidak seinteraktif Framer dalam animasi mikro.
Cocok untuk: agensi, freelancer, dan bisnis kecil yang ingin membangun website profesional tanpa tim developer besar.
Perbandingan Singkat
| Fitur Utama | Figma | Framer | Webflow | 
|---|---|---|---|
| Kolaborasi Desain | ✅ Sangat Baik | Baik | Cukup | 
| No-Code Development | ❌ Tidak | ✅ Ya | ✅ Ya | 
| Output Website Langsung | ❌ Tidak | ✅ Ya | ✅ Ya | 
| Kontrol Visual (CSS) | ⚙️ Terbatas | Baik | Sangat Baik | 
| Animasi Interaktif | ⚙️ Dasar | Sangat Baik | Baik | 
| Integrasi Plugin | ✅ Banyak | Cukup | Banyak | 
| Kelebihan Utama | Kolaborasi | Interaktivitas | Visual + CMS | 
| Kekurangan | Tidak bisa publish | Berbayar | Kurva belajar tinggi | 
Kesimpulan
Jika kamu seorang desainer UI/UX, Figma adalah pilihan ideal untuk membuat prototipe kolaboratif.
Jika kamu ingin membuat website interaktif dengan cepat, Framer adalah pilihan yang tepat.
Namun jika kamu mencari kendali penuh atas struktur website dan CMS, Webflow masih menjadi raja di ranah no-code.
Pada akhirnya, ketiga platform ini bukan untuk saling menggantikan — melainkan saling melengkapi dalam ekosistem desain web modern. Kamu bisa mendesain di Figma, mengekspor ide ke Framer untuk interaktivitas, lalu mengimplementasikannya penuh di Webflow untuk publikasi profesional.





